Terasa sedikit canggung untuk menulis tentang keluarga sih awalnya, tapi pikiran ini muncul setelah ngobrol2 dengan adik cewe pertamaku, Mery, setelah dia balik dari acara yang boleh di bilang reuni keluarga. Aku sulung bersaudara lima, 2 adik cewe dan 2 adik cowo, pas banget urutannya cewe, cowo, cewe dan cowo yang paling bungsu. Kedua orang tua juga berasal dari keluarga besar, masing2 paling tidak 9 bersaudara. Bayangkan saja jika ngumpul semuanya dari kedua belah pihak termasuk anak2nya. Cuma sayang sekali kesempatan yang sangat langka yang hanya boleh tercipta pada pesta pernikahan dari salah satu dari anak2 orang tuaku, boleh dibilang tidak terlaksana. Adik cowoku yang sulung, Jumin, yang married pertama kali masi sempet deh ngumpulin saudara2 di acara makan malam akhir bulan October lalu di Jakarta, sedangkan aku cuma bikin acara makan keluarga dan temen dekat saja disini.
Ketika aku mengingat kembali semua sepupuku dari pihak nyokap, aku ingat semuanya dan paling tidak pernah ketemu sekali, yang jumlah totalnya melebihi 20 orang, aku sempet berpikir aku beruntung sebagai yang tertua diantara mereka masi mengenal dan ingat nama mereka masing2 tapi belum tentu mereka ingat atau mengenalku.
Mulai dari generasiku anggota keluarga mulai split up. Tinggal di satu kota, di Jakarta, tidak memberikan kemudahan untuk bertemu satu sama lain, apalagi kalau tinggal di lain kota atau beda negara. Wah....bayangkan saja kalo kita udah tersebar begini berapa besar chance untuk bisa kumpul atau mengenal satu sama lain?? Yang dulunya masi kecil dengan berjalannya waktu mereka tumbuh dewasa dan kalo saja ada kesempatan untuk bertemu, mereka juga bakal bertanya, "siapa cici ini?? ada hubungan apa ya orang tuaku dengannya??" Aku yakin itu bukan pertanyaan langka yang bakal terbesit di kepala mereka.
Satu pernyataan penting yang pernah di lontarkan oleh "kuku" ku (cici bokap) kalo kita tidak memperkenalkan anak2 kita dengan anak2 saudara kita, mereka tidak akan pernah saling mengenal sama sekali walaupun memiliki hubungan darah bahkan menyangkan nama marga yang sama, dan itu sangat disayangkan sekali. Beliau memberi contoh keluarganya dan keluarga bokap, walaupun ketika kecil kami berasal dari kota yang sama tapi dalam kurun waktu satu dekade kita sempet putus komunikasi, tapi sebagai orang tua mereka tetap mencari waktu dan cara untuk tetap berhubungan, demikian juga anak2 akan mengikutinya. Jadi di tingkat generasiku masi sempet mengenal semua sepupuku akan tetapi tidak ada jaminan bagaimana dengan generasi selanjutnya.
Foto pertama di atas adalah sebagian kecil dari anggota keluarga pihak bokap, dan foto kedua juga sebagian kecil dari anggota keluarga dari pihak nyokap yang berhasil diabadikan pada kesempatan ngumpul.
No comments:
Post a Comment